Sumber: Dokumen Pribadi |
Ruang
Langit
Hujan
memang tak datang
Mentari
juga tak mencoba mencari ruang
Hanya
kelabu memeluk langit
Namun mungkin
saja pelangi mengintip malu-malu
Bersembunyi
di balik kelabu itu
Entah kapan
ia akan memancar
Mungkin ia
menunggu hujan menyatakan rindu pada tanah
Atau
mungkin ia tetap bersama dalam pelukan langit
oleh: Irna Noverita
dibuat: Selasa, 17 Februari 2015 (di Kamar Kos Wisma Tidar, Kukel)
Dari dulu
nggak pernah bosen buat ngulik puisi, sesulit apapun itu. Puisi itu misterius. Yang
terlihat gak seperti kelihatannya. Kelihatan sederhana padahal rumit. Kelihatan
rumit padahal sederhana. Puisi juga mirip-mirip sama matematika. Bedanya,
matematika cuma punya satu jawaban tapi puisi puluhan..bahkan ratusan J
Jujur, saya
itu sama sekali nggak jago bikin puisi jatuh cinta, senang, gembira dan
kawan-kawannya. Entah kenapa puisi-puisi saya yang bertema seperti itu saya anggap
produk gagal karena nggak ngena, nggak pas, sampe kata-katanya saya ubah
berkali-kali. Iya mungkin saya masuk anaknya ikut aliran galauisme. Saya juga gak tahu
kenapa saya selalu seneng baca puisi-puisi saya yang bertema kerapuhan,
keterpurukan, bimbang, galau, kalut, gelisah apapun itu namanya. Dari dulu saya
merasa otak saya selalu dapat inspirasi kata-kata pas saya sedang berada di
zona mood negatif (?) *hidup gue negatif amat perasaan*
Setelah
saya lihat-lihat lagi buku yang isinya kumpulan puisi-puisi yang saya buat, 80%
puisi itu adalah puisi kesedihan, keterpurukan, rapuh, marah, 10% tentang
kebahagiaan, cinta, syukur, 10 % lagi adalah puisi yang saya bikin karena
melihat isu hangat di masyarakat. Nah kan keliatan..inspirasi terbesar saya ya kegalauan. Entah itu kegalauan saya sendiri atau kegalauan temen-temen yang pada curhat atau kegalauan orang sekitar yang lagi pada gosip hahaha. Intinya ya galau itu udah masuk ke setiap celah inspirasi saya. Sedih banget emang. Yaudah sih galaunya produktif kan? dan tidak mengeluarkan uang sedikitpun.
Puisi yang
gambarnya diupload itu salah satu puisi favorit saya. Kalau pada nanya
jangan-jangan ini memang pengalaman pribadi? YES YOU ARE RIGHT hahaha. Silakan buat penilaian masing-masing puisi ini tentang apa jelasnya. Alasan
kenapa saya suka adalah puisi di atas gak cuma terlihat galau, tapi gabungan
antara galau, syukur, bimbang dan kepasrahan ke Tuhan. Sumpah waktu bikin ini cuma
asal coret dan ga ada intensi buat bikin seribet itu tapi jadinya mendingan
dibandingin puisi-puisi lain. Aku mah ya cuma remah rengginang kalo dibandingin
sama kakak-kakak pujangga di luar sana yang kata-katanya udah dewa banget. Seenggaknya walaupun ga sebagus pujangga di luar sana, puisi bisa jadi pelampiasan saya dalam perasaan apapun. Pas lagi sedih, marah, seneng..kepikiran kata-kata harus langsung ditulis di kertas atau hp biar ga ilang. Kebanyakan sih pas lagi sedih nulisnya..Jadi misalkan lagi seneng dapet inspirasi, nyoba ngerangkai kata...tapi ujung-ujungnya jadi kaya berasa pasrah gitu isinya...emang ya gimana anaknya galau gini. Tapi saya berterima kasih buat kegalauan saya selama ini yang menginspirasi saya untuk produktif (bikin puisi) :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar